Musda: Secuil Catatan Tertinggal

Catatan ini tidak bermaksud untuk menggugat siapapun, hanya sekedar sharing terbuka mengenai Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada tercinta.
Adalah fakta bahwa paguyuban/perkumpulan/organisasi Alumni Perguruan Tinggi manapun terutama di tingkat Pusat/Nasional tidak pernah terlepas dari kepentingan dan interest birokrasi pemerintahan. Kultur tersebut menular pada komponen-komponen organisasi tersebut di daerah, susunan elit kepengurusannya tidak pernah jauh dari jalur birokrasi pemerintahan, atau eks. pemerintahan (pensiunan). Hal tersebut cukup bisa dipahami dalam konteks sebuah organisasi Alumni pun memerlukan tempat "bersandar" untuk melakukan segala aktifitasnya. Masih ada stigma bahwa kalo tanpa bersandar pada pilar birokrat, maka sebuah organisasi akan mati suri. Kalo mengandalkan sandaran non-birokrat, maka organisasi akan kehilangan "napasnya". Kalo Ketua bukan dari petinggi birokrat atau setidaknya eks. petinggi birokrat, maka organsasi tersebut akan putus "denyut nadinya". Dan yang lebih memprihatinkan, kadang-kadang "tabiat" sebagai birokrat menular pada sikap-sikap berorganisasi. Mulai dari model instruksi atasan bawahan, budaya klasifikasi pangkat/jabatan (aku pengurus-kamu cuma anggota), hingga model "status-quo".
Adalah fakta bahwa bagi kebanyakan alumnus bahwa paguyuban/perkumpulan/organisasi Alumni Perguruan Tinggi adalah slogan administratif belaka. Hal ini karena mereka termasuk yang tidak merasakan manfaat riil atau nilai lebih dari keberadaan organisasi tersebut. Dan kalangan ini merupakan mayoritas, alias pada umumnya organisasi semacam ini jarang bisa menarik partisipasi anggota/komunitasnya.
Mari memandang pada KAGAMA Pengda Kaltim yang seakan langsung mati suri ketika 3 tahun belakangan ini sang Ketua tersandung jeruji Mabes Polri karena konsekuensi jabatannya di birokrasi. Memang ada pengurus yang lain, namun patronase struktur atasan-bawahan kadang kala menjadi kendala. Menunggu instruksi, mempelajari sistem dan "ewuh-pakewuh" menjadi hal yang mengikat.
Mari memandang KAGAMA-KAGAMA di tingkat Kabupaten/Kota khususnya di Kaltim yang Pengurus Cabangnya masih antusias berkiprah, namun seakan kehabisan akal dan energi untuk menumbuhkan partisipasi warganya. Kosa kata keterbatasan waktu dan dana serta sikap antipati warganya menjadi permakluman yang umum terungkap.
Mari memandang KAGAMA Balikpapan yang dalam kurun 5 tahun ini terus menggeliat dengan segala kiprah dan aktivitasnya, meskipun tetap belum maksimal untuk melibatkan dan menjadi wadah lebih dari 200 alumni UGM di Balikpapan. Selain beragam kegiatan/kiprah sepanjang tahun yang tak pernah berhenti, dengan menggunakan parameter kumpulan rutin bulanan (minggu pagi) yang selalu dihadiri 50-an warga, dengan 2-5 warga baru yang memperkenalkan diri di setiap pertemuan, setidaknya memberikan gambaran dan semangat untuk tetap eksis.Parameter beragamnya kalangan yang berkumpul dan berkecimpung, dari yang muda/bujang hingga berumur/buyut, dari orang penting hingga yang penting jadi orang, dari yang bertitel S-sekian hingga yang cuma mampir kuliah di UGM, dari yang hitam hingga yang putih, dari yang pendiam hingga yang norak, seluruhnya setara duduk sama rendah berdiri sama tinggi sama-sama Alumni Universitas Gadjah Mada.
Sungguh kebanggaan Pengurus Cabang KAGAMA Balikpapan termasuk beliau-beliau yang sangat paham dan bijak meniadakan pembatasan struktur serta memberikan wadah dan pembinaan bagi warganya yang separo lebih didominasi kaum muda usia.
Pola kultur bermasyarakat yang sangat egaliter memberikan ruang seluas-luasnya bagi warganya untuk mengeluarga ide, bersikap dan berkiprah merupakan geliat yang terus tumbuh seiring waktu. Mulai dari ide yang sepele hingga ide yang memerlukan perhatian lebih, dari ide yang serius hingga yang sekedar bersenang-sedang (having-fun) semuanya mendapat ruang.
Nilai tambah (value added) dari pembangunan komunitas pun berkembang seiring makin solidnya komunikasi antar warga. Baik nilai tambah frienship, relasi/kolega, networking, pengembangan dan peluang karir hingga sharing keilmuan.
Pola-pola komunitas seperti itulah yang ingin ditularkan pada KAGAMA-KAGAMA di tingkat Kabupaten/Kota lain, dan tentunya KAGAMA Pengda Kaltim, dengan niat membesarkan kembali gaung dan kiprah KAGAMA di Kalimantan Timur. Bukan untuk menggurui/mengajari karena kita semua juga sedang dan selalu belajar, sharing dengan network yang lain juga merupakan proses belajar.
Sungguh sayang apabila niat tersebut ditanggapi secara negatif, atau over-phobia oleh pihak-pihak yang salah mengerti atau merasa kurang nyaman dengan kultur egaliter tersebut. Susah payah kita membangun kebersamaan namun pada ujungnya selalu mentah oleh tradisi/budaya yang konservatif dari para pendahulu dan selalu dipertahankan sebagai "status-quo" elit organisasi yang kadang kala sulit dicerna rasio kontemporer.
Mungkin tidak begitu sulit memahami dan mengerti dengan ketentuan yang digariskan oleh Pengurus Lama Pengda KAGAMA Kaltim, bahwa kami adalah Pengurus - kalian adalah Anggota yang cuma "boleh bersuara" tapi "tidak punya hak suara".
Hingga saat ini masih sulit dipahami dan dimengerti dengan ketentuan yang digariskan oleh Pengurus Lama Pengda KAGAMA Kaltim, bahwa Ketua Pengurus Daerah KAGAMA Kalimantan Timur, "hanya boleh dari dan harus orang Samarinda, titik!!"
Pada Musda KAGAMA Pengda Kaltim, sejak awal Calon Ketua yang diusulkan oleh KAGAMA Balikpapan memang bukan dari internal KAGAMA Balikpapan (dan itu sudah dibuktikan pada saat pemungutan suara), karena kami cukup paham bahwa untuk membesarkan KAGAMA Balikpapan saja kami masih membutuhkan kerja keras. Jadi mestinya dalam semangat kebersamaan dan kebijakan nurani, rekan-rekan Pengda KAGAMA Kaltim mestinya tidak perlu berburuksangka hingga muncul klausul-klausul aturan yang sangat kontroversial.
Semoga Kepengurusan Daerah KAGAMA Kalimantan Timur yang selanjutnya mampu menjadi pengayom bagi seluruh komunitas KAGAMA di Kalltim tanpa terkecuali. Amin.

...bagi kami almamater kuberjanji setia
kupenuhi dharma bhakti 'tuk ibu pertiwi
di dalam persatuanmu jiwa seluruh bangsaku
kujunjung kebudayaanmu kejayaan nusantara...

Komentar

  1. dari: visnu (fan of mbah maridjan)

    Kokehan tulisan, endhi foto2ne sing luwih heboh. Iso gak di gawe:
    1. folder "gallery", isine foto2 thok
    2. folder "kliping", isine kliping berita2 kagama nang koran

    BalasHapus

Posting Komentar

Apabila anda bukan Pengguna Terdaftar atau belum punya Gmail Account, silahkan Click!(pilih) pada option (pilihan) "Anonim" (pilihan yang paling bawah).
Selanjutnya mohon tuliskan identitas anda langsung di form (lembar/kolom) komentar.

Postingan Populer